Bandung “Heurin ku Tangtung” (2)
Sejumlah pekerjaan rumah mesti disegerakan oleh Bambang Tirto, sang penjabat transisi Kota Bandung — sebelum “piriwit” Pilkada Serentak. Dijadualkan November 2024, tapi masih diutak-atik untuk dipercepat.
Meliputi antara lain kepadatan penduduk, yang berimplikasi pada masalah lapangan kerja. Praktis angka pengangguran usia kerja meningkat. Belum lagi yang sudah lebih dulu kolaps secara ekonomi. Masalah di depan mata, tentu saja perkara sampah yang menggunung. TPA Sarimukti yang terpapar api belum juga surut dan siap menampung muntahan sampah dari warga Kota Bandung.
Memasuki usia 213 tahun, hari Senin ini, 25 September 2023 — Kota Bandung mengusung tema yang sangar bin gereng. Bersatu dalam Kolaborasi Wujudkan Bandung Unggul . Harapan yang bila bisa direalisasikan, tentu bakal “super edun”. Slogan itu hendaknya tak sebatas daya tarik semata.
Tidaklah gampang mengatasi persoalan klasik kota Bandung. Dari kemacetan lalu lintas, persoalan sampah, kurangnya ketersedian air bersih hingga potensi banjir di sejumlah cekungan.
Masalah sampah hari-hari ini tak cuma bikin pening kepala para pengambil keputusan. Satu kondisi yang menjadikan Kota Bandung tampak sareukseuk. Tak indah dipandang mata. Jauh dari rasa nyaman warganya.
Istilah Bandung Heurin Ku Tangtung, bukan kiasan semata — tapi nyata adanya. Kota yang dulunya indah, manis dan memukau. Berjuluk Parijs Van Java hingga Bandung Kota Kembang kadung menjadi daya tarik orang untuk tinggal di Bandung. Perkembangan zaman yang lazim berlaku di banyak tempat. Konsekuensi logis, populasi penduduk jadi tidak terkendali.
Tentu, ini menjadi kewajiban kita bersama baik “mukimin” maupun “pituin” untuk menata Kota Bandung. Perda K3 (Ketertiban Umum, Ketentraman dan Perlindungan Masyarakat) harus dipertegas dan dijalankan di semua tingkatan warga. Dari RT, RW, Kelurahan, Kecamatan sampai Kota.
Dirgahayulah Kota Bandung. Kolaborasi warganya, unggul kotanya.
Hari Sinastrio
– Pemerhati Sosial
