26.8 C
Bandung
Monday, November 4, 2024

Buy now

PRODUKSI BERAS NASIONAL OPTIMIS 40 JUTA TON DENGAN PROYEK SAWAH 1 JUTA HEKTAR

Oleh : Dr. Ir. Memet Hakim, MM

Aliansi Profesional Indonesia Bangkit (APIB) Pengamat Pertanian

Proyek sawah di lahan gambut seluas 1 juta ha, diduga akan menjerat Menteri Pertanian Amran Sulaiman, terutama dilakukan bersama RRC. Mengapa sawah di Kalimantan tidak berkembang dan tidak ideal dikembangkan? Saat Presiden Suharto masih ada proyek 1 juta ha sawah, gagal, proyek food estate di jaman Jokowi juga gagal. Keduanya merupakan pengalaman yang baik untuk dijadikan pedoman. Untuk meningkatkan produksi beras Nasional dari 30 juta ton menjadi 40 juta ton masih ada alternatif lain yang lebih realistis.

Ada kesalahan mendasar dalam  pola pikir pemegang keputusan  dalam mengelola suatu negara berdaulat yang menganggap pangan sebagai komoditas biasa. Ini yang harus diperbaiki. Pertama, petani harus mempunyai pendapatan yang wajar dan cenderung berpendapatan tinggi, kedua, harga beras tidak harus murah, tetapi wajar, sehingga konsumen non petani dapat memproduksi, ketiga, pemerintah melalui Bulog harus mau membeli gabah petani setiap saat minimal 20% dari kapasitas nasional, keempat , koperasi. yang selama ini tidak berkembang harus menjadi Lembaga terdepan untuk membeli Gabah Kering Panen dan diolah menjadi beras.

Indonesia pernah mempunyai karya besar di bidang pangan yakni pada tahun 1960-1970an dengan program  Bimas  dan  Inmas  yang mengantarkan Indonesia menjadi swasembada pangan, bahkan menjadi eksportir beras. Artinya  “ swasembada pangan dapat dicapai jika ada kemauan kuat dari pemerintah dan para wakil rakyatnya”. Untuk itu diperlukan kemauan politik yang kuat. Program ini tidak lepas dari dukungan pabrik pupuk yang dibangun di Indonesia. Indonesia yang kaya akan gas alam, memiliki banyak potensi untuk menghasilkan pupuk Urea, tetapi pupuk KCl tetap harus diimpor karena tidak tersedia di Indonesia. Pupuk Fosfat walaupun kadarnya tersedia rendah, maka dari itu sebagian masih diimpor.

Sebagai gambaran Produksi Beras sejak tahun 2018 sampai sekarang cenderung stagnan dan bahkan menurun, padahal konsumsi beras Nasional selalu meningkat karena pertumbuhan penduduk, termasuk TKA RRC dan wisatawan yang datang. Artinya ada penurunan produksi akibat luasan dan produktivitas berkurang.

Konsumsi beras Nasional sekitar 2,5 juta ton/bulan. Artinya untuk bisa swasembada diperlukan30+5juta ton =  35 juta juta ton (cadangan 2 bulan) atau 30 + 7,5 juta ton =  37,5 juta ton (cadangan nasional 3 bulan ) . Jadi untuk mencapai swasembada beras, setidaknya produksi beras nasional perlu ditingkatkan antara sebesar 17%-25%. Mungkin ? Tentu sangat mungkin bahkan lebih dari itupun bisa dilakukan.

Intensifikasi pertanian secara massal (INMAS) yang sukses pada tahun 1960-1970-an, bagus sekali jika dilakukan kembali dengan cara menjalankan program multi usaha tani yang berarti usaha meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang terdiri dari:1. Pengolahan lahan, 2. Penggunaan pengairan (irigasi). 3. Penggunaan pupuk, baik pupuk kandang, pupuk hijau, maupun pupuk buatan, 4. Penggunaan bibit unggul dan 5. Pengendalian Hama Terpadu. Kerahkan Mahasiswa dan Siswa SMK Pertanian untuk dimanfaatkan kembali dalam bentuk KKN untuk membantu program ini.

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Sawah Tahun 2020-2024*

TIDAK Uraian Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024  tahun 2025
1 Luas Sawah Nasional 10.66 10.52 pukul 10.45 Tanggal 10.21 10.46 Tanggal 12.03
2 Luas baku 7.46 7.46 7.46 7.46 7.46 7.46
Prosentasi Tanam 143% 141% 140% 137% 140% 161%
1 Ton Padi GKG 54.65 54.42 54.75 53.63 55.42 63.73
2 Ton Beras 31.33 31.36 31.54 30.90 31.89 40.79
Hasil (%) 57,33% 57,63% 57,61% 57,62% 57,54% 64,00%

Sumber : BPS, Kotak data 2020-2024. *) Prediksi

 

Untuk mencapai jumlah diatas rasanya tidak terlalu sulit, apalagi jaringan petugas pertanian sangat tersebar sampai Tingkat Desa. Bhahkan mau meningkat lebih dari 33% juga peluangnya lebih besar, dengan menambah luas areal irigasi, mengganti bibit dengan bibit yang lebih unggul dan meningkatkan peran agronomi dalam berbagai bentuk usaha. Syaratnya harus ada “kemauan politik yang kuat dan konsisten serta perubahan pola pikir dalam memandang peran dan produk pertanian”. Perhitungan peningkatan produksi beras nasional diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2. Proyeksi Peningkatan Produksi Beras Nasional (2025-2030)

Uraian Luas, % Peningkatan
Prediksi 2024  Tahun 2025-2030 Tambahan Beras Nasional
1. Meningkatkan Luas Tanaman Padi (Ha) sebesar 15% 10.46 Tanggal 12.03 1.57 4.54
    Luas Sawah Baku tidak berubah 7.46 7.46
2. Peningkatan Konversi GKG ke Beras (6,46%) 58% 64,00% 6,46% 1.96
3. Meningkatkan Laba dengan INMAS/Panca Usaha (5%) 0% 5% 5% 1.51
4. Pergantian Varietas Unggul (Pot. ˃ 4,5 ton Beras/ha) 2.90 Jam 3.30 0.40 4.85
5. Penambahan Subsidi Pupuk (Juta ton) Total ditingkatkan) 2.90 3.10 0.20 2.45
6. Perbaikan HPP GKP (misal 2024 Rp 6000 menjadi Rp 7000) 2.90 3.20 0.30 3.65
7. Total Pertambahan Produksi Beras Nasional 18.97

 

Dengan adanya tambahan produksi beras sebanyak 18,97 juta ton, maka produksi beras Nasional menjadi 31 juta + 19 Juta = 40 juta ton beras, suatu jumlah yang lebih dari cukup untuk konsumsi dalam Negeri. Rincian kenaikkan produksi sebagai berikut :

  1. Meningkatkan areal tanam pada sawah beririgasi, cukup dengan memperbaharui saluran irigasi yang telah ada dan memanfaatkannya. Dari sektor ini perkiraan areal persawahan yang dapat ditanami 2x setahun akan meningkat sebesar 15% dari 46 juta ha menjadi 12,03 juta ha. Artinya sawah yang ditanam 2x per tahun menjadi lebih luas. kenaikkan jumlah sawah yang dapat ditanami 2x dari 140% menjadi 161%. Jika dilakukan secara bertahap dalam waktu 3-4 tahun tentu tidaklah berat. Langkah ini dapat meningkatkan produksi nasional sebesar 15% atau 4,54 juta ton beras. Jumlah ini akan lebih besar lagi jika seluruh areal sawah dapat ditanami sebanyak 2x per tahun atau luas bakunya bertambah.
  2. Meningkatkan konversi Gabah Kering Panen sebesar 6,46% dari realisasi saat ini dari 57,5% menjadi 64% sesuai dengan pedoman teknis yang ada. Artinya kehilangan saat pengolahan ( losses ) ditekan sedapat mungkin. Langkah ini dapat meningkatkan produktivitas sebesar 1,96 juta ton beras per tahun.
  3. Meningkatkan produktivitas dengan Intensifikasi Massal (INMAS), melakukan kembali gerakan ini dengan memanfaatkan para siswa SMK Pertanian di seluruh Indonesia untuk memberikan penyuluhan di lapangan. Langkah ini diprediksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 5%, ini tentu tidaklah berat. Langkah ini dapat meningkatkan produksi beras Nasional sebesar 1,51 juta ton/tahun.
  4. Akselerasi Penggantian Varitas unggul dengan varitas terbaru yang reratanya potensinya mencapai 4,5 ton beras/ha, jika dalam tempo 5 tahun meningkat sebesar 0,4 ton beras/ha yakni dari rerata 2,90 ton/ha menjadi 3,30 ton/ha tentu bukan perkara yang sulit.
  5. Penambahan jumlah dan nilai pupuk yang disubsidi sebesar 60%-70% dari harga pasar sejumlah 10 juta ton akan lebih memadai, sehingga produktivitas akan meningkat.
  6. Perlu penataan kembali fungsi Bulog dan Organisasi Petani agar Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Bulog lebih realistis dan membuat petani bergairah kembali menanam padi. Diperkirakan peningkatan produktivitasnya dapat mencapai sebesar 0,3 ton beras/ha, sehingga totalnya menjadi 3,65 juta ton. Dengan pedoman Harga GKP minimal 50% dari harga pasar, motivasi petani untuk menanam padi akan meningkat, semua pihak akan diuntungkan.
  7. Revitalisasi koperasi di Desa, Kecamatan, Kabupaten sampai Penyediaan agar menjadi ujung tombak dalam penerimaan hasil gabah petani dan sekaligus menjadi ujung tombak distribusi sembako di daerah.

Perhitungan pada Tabel 2 jelas sekali bahwa, jika pemerintah mau secara sungguh2 dalam tempo 5 tahun, produksi beras dari 31 juta ton akan meningkat 19 juta ton menjadi 40 juta ton. Kebutuhan beras 30 juta ton per tahun, cadangan 3 bulan 7,5 juta jadi 37,5 juta ton sudah terlampaui. Pemerintah baru kedepannya perlu lebih fokus pada masalah pangan, bukan pada pembuatan proyek asal yang terkesan politis.

Indonesia perlu menetapkan areal pertanian pangan secara permanen, sehingga tanah-tanah subur tidak beralih fungsi menjadi perumahan di pinggiran kota. Perumahan sebaiknya ditempatkan di daerah yang kurang atau tidak subur, sehingga produksi pangan nasional terjaga.

Proyek pengembangan sawah seluas 1 juta ha di lahan gambut diperkirakan hanya mengulangi kegagalan yang pernah dialami. Bayangkan biaya yang sangat besar jika membuat proyek baru seluas 1 juta ha x Rp 30 juta/ha = Rp 30 triliun, tidak ada jaminan berhasil, karena secara teknis juga sulit dilakukan.

Masalah SDM yang belum tersedia dan pelatihan tentu perlu transmigrasi baru lagi. Jangan sampai terlambat untuk pengembangan padi Indonesia dengan mendatangkan rakyat RRC, karena akan banyak masalah sosial yang terjadi, apalagi banyak proyek RRC yang bermasalah. Dana tersebut akan lebih baik digunakan untuk melaksanakan 7 butir langkah diatas.

Bandung. 06 Juli 2024

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles