KEMELUT POLITIK MK
by Zeng Wei Jian
Mengutip Margarito Kamis & Mr Qudori; MK caplok kewenangan DPR. MK bablas bikin norma baru. Ga konsisten. Anulir Keputusannya sendiri. Tahun 2005 MK memutuskan soal ambang batas threshold adalah domainnya DPR.
Kemelut tercipta. Kubu Sayap Kanan Radicals Anies Baswedan dan PDIP kegirangan. Seketika MK dipuja-puji seperti berhala. Lupa perna caci-maki MK. Lupa perna tolak keputusan MK & memperkarakannya di PTUN.
Partai Gelora kecam keputusan MK melakukan ultra petita. Memutuskan sesuatu yang tidak diminta. Melebar ke mana-mana. Menguntungkan partai yang punya kursi DPRD. Triger ketidak-pastian hukum. Partai Gelora minta DPR bereaksi mengambil langkah legislasi.
Asas hukum “Lex posterior derogat legi priori” dipake. Artinya hukum yang terbaru (lex posterior) mengesampingkan hukum yang lama (lex prior). Asas yang berlaku dalam hukum nasional maupun internasional.
DPR merespon. Rencana Pembahasan RUU Pilkada Perubahan ke 4 dipercepat. Rapat Baleg dihadiri semua fraksi. Hasilnya putusan MK diberlakukan untuk partai non parlemen. Semua fraksi membacakan sikap. Semuanya setuju kecuali PDIP. Besok akan diparipurnakan.
Kekuatan Hitam kalap. Menjawab respon DPR dengan menggerakan massa. Provokasi, hujatan, caci-maki, fitnah, hoax disebar di semua platform media social. Logo garuda biru dengan caption “Peringatan Darurat” muncul. Ajakan demo massif. Campur tangan Asing jelas terlihat di pola gerakannya.
Demo mahasiswa pecah di beberapa kota. Bersamaan Sidang Paripurna DPR dibuka. Diskor 30 menit. Lalu Paripurna dinyatakan batal. Anggota dewan dari semua fraksi tertekan. Ga berani datang. Gedung DPR dikurung demonstran partai buruh, anak-anak abah, simpatisan PDIP dan Ganjaris. Antek Amerika Thomas Lembong (pengikut Anies) ikut orasi di bawah terik panas matahari. Amazing orang kaya borjuis macam dia mau panas-panasan.
Habiburokhman, Wihadi, dan Achmad Baidowi (P3) keluar temui demonstran. Naik mobil komando didampingin Elder Partai Buruh Said Iqbal.
Provokasi menggema. Demonstran bergerak ke belakang mobil komando. Sambil terus mencaci-maki ketiga anggota dewan. Situasi ga kondusif. Polisi gelar pagar betis. Ketiga Wakil Rakyat diamankan. Seiring Lemparan botol. Habiburokhman dijambak & dicakar emak-emak anak abah. Ajudan terluka.
Demonstrasi makin ganas. Gerbang DPR dijebol. Polisi tahan diri. Semakin sore semakin sedikit. Bos Partai Buruh Said Iqbal pulang. Naik mobil mewah seperti Alpard dengan senyum puas.
Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Umum PKB Cak Imin menyatakan ga tau menahu soal adanya rapat baleg. Performanya innocent. Seperti bayi. Padahal Fraksi PKB hadir & membacakan sikap setuju. Cak Imin diketawain netizen seantero jagat maya.
Malam hari Ketua DPR Ir. Sufmi Dasco Ahmad gelar konferensi pers. Menyatakan Paripurna pengesahan RUU Pilkada tidak dapat diteruskan. Maka pendaftaran paslon berdasarkan putusan MK.
Don Dasco menyelesaikan kemelut yang diciptakan MK dan ditunggangin pihak rakus kekuasaan yang berkepentingan.
Pihak rakus tersebut jelas adopsi apa yang dikatakan Komandan Timur Indonesia Manche Kota sebagai “Permainan mahadewa. Gak diakomodir ya rusak sekalian.”
Bayangkan bila semua partai minus PDIP & PKB bersikeras dengan respon menurunkan massa menghantam Demonstrans Pro MK. Korban bakal jatuh. Banyak sekali.
Scenario destruktif dieliminasi dengan pernyataan Don Dasco. Kondusifitas kembali pulih. Kapolri tidak perlu memperlihatkan hidungnya. Dengan segala konsekuensinya, DPR di bawah pimpinan Don Dasco memilih untuk mengalah.
Pilihan politik “mengalah” pernah dilakukan Sukarno ketika tolak melawan perang saudara. Juga seperti sewaktu Pak Harto milih mundur & tidak menggunakan hard power yang ada di disposal untuk menggebuk aksi reformasi. Ga beda dengan Gus Dur saat ngalah dan rela “dikudeta” dan nahan amarah Banser & diehard Gusdurian untuk melawan Aksi Amin Rais & Megawati.
THE END
