24.3 C
Bandung
Wednesday, December 4, 2024

Buy now

LAHIRNYA SATRIO YANG DIPINGIT? SAAT PAKDHE MENAKLUKAN SELURUH DUNIA PERSILATAN

LAHIRNYA SATRIO YANG DIPINGIT? SAAT PAKDHE MENAKLUKAN SELURUH DUNIA PERSILATAN

Oleh William Win Yang – Business Strategist – Best Selling Book Author

Di ruang sidang yang megah itu, Pakdhe berdiri membacakan pidato kenegaraan terakhirnya sebagai pemimpin dunia persilatan…. Wajahnya menyiratkan sedikit ketegangan, bercampur sedih dan rasa penyesalan yang mendalam… dan yang mengejutkan adalah… rasa takut… Pidato itu berisi pencapaiannya selama 10 tahun terakhir memimpin dunia persilatan, dibacakan cukup singkat, namun ditutup dengan kalimat yang membuat alis naik :

“….Mohon maaf untuk setiap hati yang mungkin kecewa, untuk setiap harapan yang mungkin belum bisa terwujud, untuk setiap cita-cita yang mungkin belum bisa tergapai. Sekali lagi, kami mohon maaf. Ini adalah yang terbaik, yang bisa kami upayakan bagi rakyat dunia persilatan, bagi bangsa dan negara dunia persilatan…”

Sebuah kata maaf yang panjang untuk sebuah pidato yang singkat… membuat seantero dunia persilatan mempertanyakan ada apa?

Dalam pikiran Pakdhe :

Tenanglah rakyatku…. Kita sama-sama berkorban demi dunia persilatan yang lebih baik…”

Perasaan berdosa dan sedihpun memenuhi sanubari Pakdhe sang penguasa dunia persilatan;. Namun rasa itu ditekannya dengan mengeraskan hatinya…. “sudah sejauh ini tidak bisa mundur lagi… selangkah lagi…. Dan diapun melirik sinis pada seantero ruangan megah itu sambil bergumam dalam hati….

Ini semua gara-gara kalian… kalian yang memaksa saya bertindak sejauh ini… PUAS KALIAN?!”

Masa yang lalu :

Saat Pakdhe pertama kali merebut kekuasaan negri ini 10 tahun yang lalu dan dikukuhkan sebagai penguasa dunia persilatan, tidak terpikir dirinya akan melakukan hal sejauh ini…. Saat itu dia hanya berpikir akan menjabat 1 periode saja, membereskan banyak hal, kemudian pensiun dan menjauhi dunia perpolitikan yang kotor, dengan kondisi negara yang lebih tertata dan baik….

Kerja… kerja… kerja…. Jika saja dia fokus kerja dan tidak korupsi, maka tidak adalah yang mampu mengusiknya… demikianlah yang dia pikirkan saat itu… karena selama ini, dalam pandangannya, para idealis tertawan karena mereka memiliki dosa masa lalu yang ditawan lawan politiknya… entah itu korupsi atau skandal…

Pakdhe berubah

Dan memang demikian awalnya, karena fokus dan bersihnya inilah, lawan politiknya kesulitan menawannya dengan kepentingan… namun seiring berjalannya waktu, para politikus busuk dunia persilatan semakin nekad dan brutal… segala cara mereka lakukan untuk mengancam atau menggoyang kepemimpinan Pakdhe… penjegalan, fitnah keji, dan politik identitas pemecah belah mereka lakukan… mulai dari ejekan pada sosok Pakdhe yang dianggap plonga-plongo sampai tuduhan musuh agama. Berbagai serangan ini membuat social media dan media massa dunia persilatan bising sekali… Dan sebagaimana kebohongan yang diulangi terus menerus, maka perlahan banyak juga warga Dunia Persilatan yang terhasut, hingga tensi politik Dunia Persilatan jadi panas sekali, yang puncaknya adalah saat 7 juta manusia berkumpul atas nama agama, menuntut dihukumnya Gubernur Ibukota Dunia Persilatan, yang merupakan sahabat dan panglima yang sangat diandalkan oleh Pakdhe karena kasus penghinaan agama…

Gubernur ini awalnya sangat populer karena tegas dan efisien… perekonomian ibukota meningkat pesat dibawah kepemimpinannya, dan banyak masalah pelik yang dianggap tidak ada solusinya selesai dalam waktu singkat dibawah kepemimpinannya… namun satu salah kata menghapuskan semua jasa-jasanya dan lautan kebencian membanjiri ibukota memintanya turun… para lawan politik, sampai intelejen dari luar negri dengan gegap gempita membiayai pergerakan ini, bahkan disertai usaha untuk menduduki gedung wakil rakyat untuk melakukan kudeta….

Pakdhe terkejut akan peristiwa ini, namun dia tidak kehilangan ketenangannya… dia tidak terpancing segala provokasi, dan dengan berani dan tenang dia hadapi para pendemo… singkat cerita atas nama keamanan nasional, Pakdhe mengorbankan sahabatnya…. Dia memenuhi tuntutan kemarahan massa, dan merelakan sahabatnya diturunkan secara tidak adil dan dipenjarakan… dan seketika, ketegangan itupun mereda….

Usai krisis lewat, Pakdhe melakukan introspeksi diri dan menilai, bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidaklah cukup… jujur dan kerja keras tidak cukup… karena lawan masih bisa menggunakan fitnah dan kebencian untuk memprovokasi rakyat dunia persilatan yang mayoritas memiliki IQ rata-rata 78 itu…

Saat itulah dia melirik senjata yang terpajang di hadapannya… senjata yang selama ini belum pernah digunakannya… senjata yang kalau bisa tidak dia gunakan sama sekali… namun melihat situasi yang ada, dia harus main kasar juga… dan senjata itu adalah Golok Pembunuh Naga

Golok Pembunuh Naga

Apa itu Golok Pembunuh Naga? Menurut sepasang kitab Naga…

Golok pembunuh naga adalah senjata untuk membunuh naga… naga adalah Kaisar, dan Golok adalah lambang perlawanan rakyat, yang artinya, barang siapa mampu menguasai rakyat akan mampu menumbangkan Kaisar… dan ujud asli dari Golok Naga ini adalah : Kemelekatan…. Karena kemelekatankah yang sesungguhnya menggerakan semua keputusan kita… 7 juta pendemo itu digerakan dengan kemelekatan mereka pada agama mereka… mereka juga melekat pada suatu pandangan keyakinan akan sosok Pakdhe yang merupakan musuh bersama, yang mana pemahaman itu dimasukan oleh para pemuka agama dan politisi oposisi yang terus menanamkan pemaham itu pada masyarakat, pergerakan mereka banyak juga yang didukung oleh logistik para oposisi… dan seterusnya….

Intinya, jaringan kemelekatan yang rumitlah yang mendatangkan krisis politik paling parah di era reformasi Dunia Persilatan, dan kali ini Pakdhe berniat mengurainya… dan singkat cerita, dengan memanfaatkan kemelekatan lawan politik akan nafsu berkuasa, dosa masa lalu, kerakusan mereka, dan sederet kemelekatan lainnya, krisis itu berhasil diatasi… perlahan tanpa disadari, musuh-musuhnya kehilangan kekuatannya…. Sementara itu, Pakdhe sendiri makin kuat.

Ramalan Satrio Yang Dipingit

Keberhasilan gemilang mengatasi krisis politik paling parah pada era ketiga Dunia Persilatan (era reformasi), membuat Pakdhe percaya bahwa dia adalah orang yang ditakdirkan untuk memimpin Dunia Persilatan kearah keemasannya seperti yang ada di legenda Satrio Yang Dipingit…

Konon ada 5 pertanda yang menandai kembalinya kejayaan Dunia Persilatan, yang tertulis dalam Serat Mahameru (di dunia persilatan kebetulan ada juga yang namanya serat Mahameru) :

  1. Meletusnya Gunung Dewa Api, 500 tahun dan 4 jaman setelah runtuhnya Dunia Persilatan…. 1 jaman dalam Dunia Persilatan adalah 8 tahun, yang artinya 500 tahun plus 32 tahun, atau tepatnya 2010…
  2. Akan ada pemimpin yang datang dari pinggiran kali Solo (kebetulan di dunia persilatan ada yang namanya kali Solo)… dan itu adalah Pakdhe itu sendiri
  3. Wishnu Menunggang Garuda akan didirikan di pulau para Dewa (Pulau Para Dewa adalah salah satu provisnis di dunia persilatan).
  4. Ibukota Dunia Persilatan akan dipindah ke awal Dunia Persilatan ini berdiri
  5. Satrio Yang Dipingit akan hadir memimpin Dunia Persilatan menuju masa kejayaannya.

2 ramalan sudah tergenapi, tinggal 3 lagi…. Dan Pakdhe yakin dia mampu mewujudkan 3 ramalan lainnya. Karena selain ramalan tentang pemimpin kali Solo itu dapat dikaitkan dengan dirinya, kekuatannya jauh berlipat dibanding sebelumnya. Ini tidak lain dan tidak bukan karena selain merangkul lawan-lawan politknya dan membuat mereka melekat padanya, dia juga mengendalikan kekayaan maha besar yang disimpan secara rahasia di luar negri. Kok bisa? Sederhananya, setelah krisis politik yang lalu, dia mulai merangkul musuh-musuhnya, kemudian membiarkan para taklukan itu menghisap kekayaan dunia persilatan, dan meminta bagian darinya, namun bagiannya tidak diterimanya langsung, melainkan disimpan di suatu tempat rahasia atas jasa konsultasi JP Morgan (kebetulan di Dunia Persilatan Universe ada juga JP Morgan). Pengaturan ini, tidak lain dan tidak bukan adalah kepandaian dari menantunya yang sempat kerja di JP Morgan itu… melalui pintu manajer investasi kelas semesta ini, kekayaan dunia persilatan yang diambilnya berhasil disembunyikan dengan rapih sekali…. Dan itu tidak terhitung jumlah uang yang dititipkan direkening para taklukan itu sendiri…

Wishnu Menunggang Garuda

Pakdhe segera memerintahkan penyelesaian patung Wishnu Menunggang Garuda di pulau Para Dewa… Patung ini sebenarnya telah mulai di bangun hampir 30 tahun sebelumnya, namun tidak pernah selesai. Pemimpim demi pemimpim berganti… semua berusaha menyelesaikannya untuk merampungkan ramalan Satrio yang dipimgit itu, namun tidak pernah ada yang berhasil… kini Pakdhe bertekad patung ini harus selesai dibawah kepemimpinannya..

Tanggung jawab itupun jatuh ke Guru Te… seorang Taipan yang memimpim kongsi Jalan Sutra, sebuah perusahaan real estate besar di dunia persilatan…

Sebagai kompensasi atas beban tugas yang demikian besar, Pakdhe menganugrahi Tuan Te 3 KEK (kawasan ekonomi khusus), atau suatu kawasan dimana pengelolanya mendapat perlakuan istimewa diluar peraturan negara yang ada…

KEK ini dimanfaatkan Tuan Te untuk menaikan harga sahamnya ke langit, dan dari sana dia mengumpulkan uang yang sangat banyak…. Simgkat cerita, pembangunan patung raksasa Wishnu Menunggang Garuda dikebut dalam kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya, dan tanpa terasa pembangunan itu rampung.

Pakdhe sangat puas, dan segera mengadakan upacara sakral untuk meresmikannya… dan seperti semua peresmian hal yang fenomenal, Pakdhe menanda tangani sebuah prasasti, yang akan mengabadikan namanya di prasasti itu… disana tertulis demikian :

Patung Wishnu Menunggang Garuda ini

Didirikan untuk menggenapi

Apa yang tertulis di Serat Mahameru

Pakdhe

Merencanakan Ibukota Baru

Tahap ketiga serat Mahameru tergenapi, dan seketika efeknya terbukti, dimana pamor Pakdhe makin bersinar ke seantero negri… dan pada pemilihan umum berikutnya, Pakdhe kembali memenangkan kursi kepemimpinan Dunia Persilatan melawan nemesisnya : “Jendral Wowo”. Seorang panglima dari era sebelum reformasi, yang sejak muda senantiasa bermimpi jadi penguasa dunia persilatan.

Kini konsentrasi Pakdhe diarahkan untuk menggenapi ramalan ke 4 : memindahkan ibukota…. Suatu pekerjaan yang jauh lebih sulit dari mendirikan Patung Wishnu Menunggang Garuda, katrna biayanya 1000 kali lebih mahal…

Hal pertama yang dilakukan Pakdhe adalah berdamai dengan Jendral Wowo, untuk mengurangi potensi gangguan di masa depan… caranya adalah dengan mengganti kerugian yang ditanggung Wowo pada pemilu sebelumnya, dengan membeli tanah milik adiknya “Hanxin” sebagai lahan berdirinya ibukota baru… kemudian mengangkat Wowo sebagai mentri pertahanan Dunia Persilatan… suatu posisi yang sangat basah, dimana penguasanya dapat memesan peralatan militer berharga mahal sekali, sambil mengutip komisi bagi dirinya sendiri dengan nyaris tidak terdeteksi…

Apakah Jendral Wowo melakukannya? Tidak ada yang tahu, yang jelas dibawah kepemimpinannya kememtrian pertahanan membeli banyak sekali senjata… dan kalau memang ada komisi rahasia, tidaklah mengherankan jika sebagiannya disisihkan ke rekening rahasia Pakdhe yang dikelola secara rahasia oleh menantunya itu…

Tapi yang jelas, Pakdhe memerintahkan segenap jajarannya untuk melakukan berbagai cara untuk mengumpulkan uang demi ibukota baru itu… bahkan mendukung diam-diam bisnis-bisnis haram seperti judi online atau tambang ilegal… semua demi menggenapi Serat Mahameru itu… yang paling edan adalah : kebutuhan akan dana maha besar ini sampai membuat Pakdhe mempercayai adanya harta karun 11.000 Trilyun tael emas tersimpan di luar negri, yang ternyata hoax belaka…

Pecah kongsi

Lalu terjadilah krisis berikutnya : Pakdhe pecah kongsi dengan PBIP (Partai Banteng Item Perkasa), yang merupakan partai terkuat di seantero Dunia Persilatan. Dan pecah kongsi ini kembali menyebabkan krisis politik di Dunia Persilatan.

Apa penyebabnya ?

Tidak lain dan tidak bukan adalah ulah si MuJe alias si Muka Jemb**, ketua dari partai Nasi Goreng (Nasgor). Muje adalah seorang pria tinggi besar dengan brewok acak acakan mirip bulu Jemb** yang tidak terurus. Suaranya menggelegar seperti petir dan mampu menggugah sanubari para pendengarnya…. Dan dia sesungguhnya adalah salah satu pendukung Pakdhe paling yang paling gigih.

Namun kenapa dia menjadi penyebab retaknya hubungan Pakdhe dan PBIP? Tak lain dan tidak bukan karena dirinya tidak amanah bahkan berani menelikung Pakdhe :

Dahulu kala, saat Pakdhe baru terpilih jadi penguasa dunia persilatan, dia menugaskan Muje mendirikan penyulingan minyak, agar dunia persilatan dapat mandiri secara energy. Namun bukannya melaksanakan, dia malah menjegalnya, ini karena diam – diam dia menerima keuntungan dari bisnis import bahan bakar. Jika Dunia Persilatan sampai memiliki penyulingan sendiri, pastilah pendapatan rahasia itu kering.

Pada periode kedua, pakdhe menilai bahwa Muje sudah gagal dan menugaskan orang lain. Kali ini Muje bermain kasar : dia mensabotase tugas itu dengan mengkriminilisasi orang yang ditugaskan Pakdhe. Pada titik ini Pakdhe tidak dapat menolong koleganya, namun membalaskan dendam pendukungnya itu dengan menangkap kapal minyak milik Muje, yang kedapatan mencuri minyak dari kapal negara di tengah laut. Atas peristiwa ini, Muje murka dan menebar ancaman untuk mengalihkan dukungan pada antitesisnya Pakdhe dan membuat ibukota negara baru yang dicita citakan Pakdhe jadi mangkrak dan dijuluki Candi Ibukota. Antitesis yang dimaksud adalah Pendekar Bermulut Manis alias Si Manis… dijuluki demikian karena dia sangat pandai membuai orang dengan kata-katanya yang panjang, manis, namun tanpa makna…. Dan dia memang sebuah Antitesis dari Pakdhe yang tidak banyak bicara, dan suka bekerja… si Manis adalah orang yang gemar sekali bicara, tapi tidak jelas apa yang dikerjakannya…. Dan inilah manusia yang sedang dipersiapkan Muje untuk menaklukan seantero Dunia Persilatan, menggantikan Pakdhe.

Pakdhe mengabaikan tuntutan Muje… saat Muje mulai pendekatan secara terbuka pada si Manis yang menjadi antitesis Pakdhe, Pakdhe tetap diam. Namun saat Muje mendeklarasikan dukungan pada si Manis, Pakdhe langsumg menamgkap mentri komunikasi yang merupakan kaki tangan si Muje. Hal yang membuat Muje sangat murka.

Muje membalasnya dengan memerintahkan salah satu mentri Pakdhe agar diperiksa kejaksaan. Sial bagi Muje, Pakdhe tidak peduli, justru yang marah adalah Putri Langit, ketua partai PBIP. Karena orang yg diperiksa itu adalah orangnya PBIP. Muje membela diri bahwa ini adalah balasan dari ditangkapnya mentri komunikasi.

Maka Putri Langitpun memangil Pakdhe, mendudukannya di kursi kecil, kemudian memarahinya seperti anak kecil, merekamnya, dan menyebarkannya ke social media. Hal yang membuat seluruh penduduk dunia persilatan gempar dan bingung. Merekapun bertanya ada apa? Namun bukannya mendapat jawaban yang jelas, mereka malah makin bingung :

“Kalau Pakdhe tanpa PBIP itu kasian banget deh, hihihihihihi”

Tekad Pakdhe

Sementara itu, Pakdhe merenungkan omelan si Putri Langit… dia memberikan ancaman yang sama : akan membatalkan hilirisasi dan membuat Ibukota Dunia Baru (IDB) mangkrak dan jadi candi IDB (nama ibukota Dunia Persilatan yang baru). Pada titik ini, Pakdhe menyadari bahwa dia tidak bisa lagi berharap pada siapapun…. Semua yang ada disekelilingnya adalah musuh… tidak ada yang bisa dipercaya kecuali dirimya sendiri…

Maka terucaplah sebuah tekad :

“Kalian mau main kasar?

Saya bisa lebih kasar”

Pakdhe

Menaklukan Muje

Tanpa banyak bicara, Pakdhe segera memerintahkan untuk menangkap mentri Pertanian yang merupakan anak buah Muje. Penangkapan ini disertai amcaman untuk menangkap 1 mentri Muje lagi yang sedang menjabat mentri kehutanan. Ancaman ini juga disertai bukti aliran dana sebesar 200 milyard padanya. Mujepun ketakutan dan segera memghadap Pakdhe, dan bersujud minta ampun. Dia juga berjanji akan menarik dukungan dari Si Manis, dan kembali mendukung Pakdhe.

Pakdhe memberi jawaban yang sumgguh diluar dugaan : “lanjutkan aja dukung si Manis. Asal……”

Muje menyimak pesan Pakdhe dengan seksama, kemudian bersujud sambil mengucap terima kasih berkali kali, sebelum ngeloyor pergi.

Dan segera setelah pertemuan tengah malam itu, Muje mengumumkan penunjukan Mpus imin, ketua partai Kebangkitan para pesilat sebagai wakil dari si Manis untuk bertarung memperebutkan tahta dunia persilatan. Dan membentuk koalisi Manis – Mpus, alias koalisi Mampus.

Keputusan yang sangat menggemparkan dunia persilatan. Pasalnya, sebelum malam itu, Si Manis tampak dekat sekali dengan Ah Gus, anak dari Jendral Su Si Lo, penguasa dunia persilatan sebelum Pakdhe. Keputusan ini langsung disikapi dengan menyenandungkan lagu sedih yang memgharu biru. Dan diikutiboleh tangisan para pendukungnya yang merasa dikhianati.

Perubahan tidak terduga ini menyebabkan kubu Ah Gus langsung merapat ke kubu Pakdhe… sungguh lihay.

Mendukung Jendral Wo

Urusan dengan PBIP lain lagi… awalnya Pakdhe ingin mengangkat jago dari PBIP yang bernama Pendekar Rambut Putih (disebut demikian, karena rambutnya yang putih semua seperti perak). Pencalonan si Rambut Putih ini awalnya tidak direstui oleh Putri langit (ketua PBIP). Putri Langit berharap anaknya : Putri Bumi sebagai penguasa Dunia Persilatan. Namun sayang ga ada nilai jualnya di mata rakyat. Selain ga ada tampang, sikapnya juga tampak jumawa dan tidak merakyat… Sekian lama dipromosikan dan sekian banyak uang dihamburkan, elektabilitasnya ga ngangkat. Sebaliknya Pendekar Rambut Putih yang dipromosikan Pakdhe meroket elektabilitasnya, disusul oleh Jendral Wowo. Apalagi, saat Pakdhe secara terang – terangan berkata : “Calon penguasa berikutnya yang rambutnya banyak uban, karena sibuk memikirkan rakyat”

Atas hal ini, Putri langit mempromosikan orang lain lagi, karena menganggap Pendekar Rambut Putih dianggap orangnya Pakdhe. Konon Putri langit iri pada popularitas Pakdhe, dan khawatir trah keluarganya makin tidak relevan. Padahal dia berasal dari keturunan pendiri Dunia Persilatan. Putri langit berusaha mempromosikan kader lainnya, namun tidak juga mendapat sambutan Masyarakat. Maka Putri Lamgitpun mempertimbangkan mengusung Pendekar Rambut Putih sebagai calon dari PBIP.

Namun sebuah peristiwa mengubah semuanya… Putri Langit ingin menguji kesetiaan Pendekar Rambut Putih… sang Putri langit tidak mau ada loosie cannon yang tidak bisa dia kendalikan seperti Pakdhe, dan ujian itu adalah : menyuarakan boikot terhadap kontingen negri Zion dalam perhelatan piala dunia dibawah umur 22.

Pendekar Rambut Putih yang sangat ingin jadi penguasa dunia persilatanpun dengan patuh melaksanakannya. Akibatnya, Dunia Persilatan diboikot badan sepak bola dunia. Dan perlehatan piala dunia itupun dibatalkan. Membuat seluruh warga dunia persilatan kecewa… Pendekar Rambut Putih dan para kader PBIP pun tidak menyangka dampak dari peristiwa ini.

Sementara itu dari kejauhan, Pakdhe mengamati dan juga merasa kecewa. Tidak hanya karena batalnya perhelatan piala dunia, tapi karena Pendekar Rambut Putih tidak lebih dari petugas partai dibawah Putri Langit. Dengan menghela nafas panjang, Pakdhe pun membatalkan dukungannya dari Pendekar Rambut Putih… pembatalan tanpa suara dan surat resmi… dan dukungan Pakdhe dialihkan ke Jendral Wowo, mantan seterunya.

Wowo  yang sudah bersahabat dengan Pakdhe, sesungguhnya pamornya sedang naik, karena senantiasa tampak mesra dengan Pakdhe. Namun tidak jelas, kepada siapa dukungan Pakdhe berlabuh. Kali ini, Pakdhe menemui Wowo langsung dan menyatakan dukungannya, asal Wowo bersedia meneruskan legacy nya, terutama membangun ibukota baru. Dan sebagai bukti komitmen ini, Pakdhe akan mengutus si Samsul, yang merupakan anak tertuanya, untuk mendampingi Wowo di perlehatan perebutan kekuasaan Dunia Persilatan berikutnya.

Memdengar itu, Wowo diliputi euforia, dan langsung berdiri tegak dan memberi hormat militer pada Pakdhe : “SIAPP” ujar Wowo dengan gegap gempita.

Mahkamah Semesta

Tak lama setelah pertemuan rahasia Pakdhe dan Wowo itu, Wowo secara resmi mengunjungi Samsul dan melakukan pembicaraan entah apa, yang dijelaskan dengan ambigu : “Yaaa biasa bicara soal kebangsaan”. Seketika desas desus akan kemungkinan Samsul menjadi wakil Jendral Wowo mencuat ke seantero Dunia Persilatan, dan menyebabkan perdebatan besar….

Yaaa anak itu kan sudah dewasa, terserah dia” Ujar Pakdhe, saat dikonfrontir tentang masalah itu.

Ya… rasanya tidak mungkin… mungkin saja ini isu yang disebar oposisi untuk membuat suasana keruh? Lagipula kan ga mungkin si Samsul mencalonkan diri sebagai wakil Penguasa Dunia Persilatan, karena minimum umur untuk ikut perlehatan itu adalah 40 tahun, sedangan Samsul masih dibawah itu….

Saat perdebatan makin seru tanpa arah, diam-diam seseorang mendaftarkan gugatan ke Mahakah Semesta, untuk mengubah syarat umur pencalonan… dari 40 ke 30… siapa dia?

Ini demi keadilan, agar makin banyak warga muda yang bisa ikut perhelatan ini” Ujar si Penggugat, saat membela diri….

Pendekar Rambut Putih, dan Pendekar Bermulut Manispun gentar, jika si Samsul masuk perhelatan, maka akan jadi lawan yang berat sekali, karena aura Golok Pembunuh Naga yang dimiliki Pakdhe ada dibelakangnya… Tiba-tiba saja, secara bergantian, masyarakat memergoki Pendekar Rambut Putih dan Pendekar Bermulut Manis secara bergantian menemui si Samsul, yang mana saat ditanya alasannya…

Oh kami hanya membicarakan masalah bangsa dan negara”

Pernyataan yang dilanjutkan dengan saling puji satu sama lain… PBIP yang sebelumnya sengitpun mulai melunak dan memuji-muji Pakdhe. Bahkan Putri Bumi secara terbuka menyatakan siap menerima si Samsul sebagai wakil si Rambut Putih. Lucunya, saat bersamaan, para seniman dan politisi PBIP mencaci maki Samsul dan Pakdhe…

Saat waktu penentuan makin dekat, tampak sekali bahwa Samsul tidak mungkin lolos, dan jika aturan itu diloloskan, akan berdampak besar pada reputasi Pakdhe dan Samsul… maka Si Rambut Putih, atas restu Putri Langit, menunjuk Mamat, yang merupakan Mentri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Dunia Persilatan… Seorang yang bereputasi baik sebagai seorang pejabat bersih, namun punya kecenderungan cari selamat sendiri, dan suka tampil kedepan sebagai pahlawan untuk masalah yang sudah beres… makanya dipanggil Mamat si tukang cari selamat…

 

Lalu saat penentuan tiba… semua menahan nafas menunggu keputusan hakim Mahkamah Semesta… Wowo begitu resah, dan mengeluh pada Pakdhe..

 

Sudah tenang aja, kalau Samsul ga bisa maju, saya yang jadi wakil sampean” Ujar Pakdhe menenangkan Wowo… yang direspon Wowo dengan berdiri tegak, dan memberikan hormat militer sambil berteriak : “SIAAAPPP”

 

Dan momen putusan Mahkamahpun tiba…. Keputusannya adalah batas umur itu dianulir menjadi 30 tahun, yang artinya Samsul bisa berlaga di kontes perebutan menjadi penguasa. Segera setelahnya, Jendral Wowo mengumumkan si Samsul sebagai wakilnya…

 

Tenang pak Wowo, saya disini” Ujar Samsul… sebuah deklarasi kepastian menang…

 

Sungguh putusan yang sangat kontroversial. Apalagi yang memutuskan adalah ketua Mahkamah masih kerabat Pakdhe… begitu kontroversialnya keputusan ini, hingga badan kehormatan Mahkamah Semesta memecat sang hakim ketua dari jabatannya atas dasar tidakan pelanggaran etis berat…

 

Sudah tenang saja, sampeyan tuntut balik keputusan itu, nanti kalau suasana sudah aman, sampeyan akan dipulihkan kehormatannya”

 

Saktinya Golok Pembunuh Naga

 

Segera saja, dunia persilatan menjadi heboh… badai caci maki dan hujatan bermunculan dari para guru besar, intelektual, dan para seniman yang mengadakan kritik sambil menampilkan pertunjukan seni dengan mata mendelik penuh expresi… meneriakan ancaman Pakdhe yang ingin menegakan feodalisme, pada rakyat yang mayoritas pencinta feodalisme, yang senantiasa membanggakan raja-raja jaman dahulu, membanggakan turunan-turunan raja-raja, dan merindukan akan datangnya ratu adil yang akan memimpin Dunia Persilatan kembali ke jaman kejayaannya…

 

Pakdhe diam…

 

Hal ini membuat seolah lawan politik Pakdhe mendapat angin segar, dan berlomba-lomba mencaci maki Pakdhe dan Anaknya, dengan tuduhan politik dinasti…. Pakdhe tersenyum kecil atas langkah bodoh itu… mereka tidak sadar, kalau Golok Pembunuh Naga (dukungan rakyat) ada ditangannya… menyerangnya sama dengan berhadapan langsung dengan Golok Pembunuh Naga… mereka secara terang-terangan menyatakan sebagai musuh Pakdhe… hahahahahahaha….

 

Dan para musuhnyapun segera kena batunya… elektabilitas Si Rambut Putih turun separuh, sementara si Manis yang sedari awal mengusung sebagai antitesis Pakdhe naik sedikit… seketika itu sadarlah PBIP dan kelompoknya, bahwa mereka telah salah langkah… merekapun mulai kembali memuja muji Pakdhe secara memalukan… namun karena memuji Pakdhe tidak akan membawa mereka kemana-mana, tidak lama kemudian mereka mulai mencaci-maki Pakdhe, sambil sesekali memuji-muji kemuliaannya…

 

Makan Siang Gratis

 

Tiba-tiba dari kubu Jendral Wowo muncul kejutan : Hanxin, adik sang Jendral mengumumkan “Makan Siang Gratis” jika Wowo terpilih sebagai penguasa Dunia Persilatan.. hal yang segera ditertawakan lawan-lawannya, dengan alasan : “Dari mana Uangnya?”…

 

Tidak hanya para lawan, Jendral Wowopun jerih mendengarnya, dan segera memanggil dan mendamprat adiknya yang sembrono itu. dan tebak apa jawaban sang adik? “Sudah ada restu dari Pakdhe”

 

Wowo pun limbung sesaat… dia bingung, kenapa Pakdhe merestui hal sekonyol ini? Toh tanpa inipun mereka sudah hampir dipastikan menang? Maka itu, Wowopun menghadap Pakdhe untuk meminta penjelasan. Dan jawaban Pakdhe adalah….

 

Tenang, ga usah kuatir… “

 

Seraya berujar demikian, Pakdhe menunjukan sejumlah besar dana yang disembunyikannya di luar negri, yang siap dimasukan kembali ke dalam negri dalam bentuk investasi asing… Wowo melongo melihatnya, dan segera saja dia menegakan diri dan memberi hormat militer sambil berteriak : “SIAAAPPP”

 

Sungguh siasat yang luar biasa…. Pakdhe sudah memikirkan skenario terburuk… dia menyedot sebanyak mungkin kekayaan Dunia Persilatan, dan menyembunyikannya di luar negri… jika Wowo menang, dia akan mengendalikan Wowo dari uang itu, sementara jika Wowo kalah, lawan-lawannya akan mendapati memimpin negara yang kasnya kosong, dan dia dapat mendiktenya dengan iming-iming investasi asing itu… lihay… sunguuh lihay…

 

Sapuan Golok Pembunuh Naga

 

Semakin mendekati hari pemilihan, elektabilitas Jendral Wowo – Samsul makin tidak terkejar oleh kedua lawannya… harapan mereka adalah jangan sampai Wowo menang absolut (diatas 50%). Dengan demikian akan ada pemilihan ronde kedua, dan disana mereka akan bersatu menghantam Wowo-Samsul…

 

Inipun sesungguhnya jika dipikir sangat jauh dari realita… karena pendukung Manis adalah bekas pendukung Wowo yang merupakan musuh ideologis dengan pendukung si Rambut Putih… dan sebaliknya… yang artinya, jika Si Manis lolos ke ronde kedua, maka kemungkinan pendukung Rambut Putih akan mendukung Wowo, karena Pendukung Rambut Putih sejatinya adalah pendukung Pakdhe… dan jika si Rambut Putih berhasil lolos ke putaran kedua, maka pendukung Si Manis cenderung akan mendukung Wowo…

 

Sungguh pelik… namun demikian show must go on… para lawan Wowo berjuang keras untuk melawan : mereka mengejek prestasi Wowo sebagai Mentri Pertahanan hanya dapat nilai 11 dari 100… ada juga yang memaksanya membocorkan rahasia jumlah alutista negara… dan seterusnya… yang mana, awalnya mereka merasa unggul, namun setelah di survey, dukungan mereka makin tergerus, hingga sedikit banyak, mereka kembali memuji-muji Pakdhe, dengan harapan ada sedikit suara Pakdhe yang bersimpati pada mereka…

 

Mendekati hari pemilihan, kedua lawan Wowo semakin tidak relevan… Bahkan di kubu Si Rambut Putih, mulai meneriakan slogan putus asa :

 

Pertahankan kandang Banteng!!! Kita boleh kalah di semua provinsi, tapi tidak boleh di kandang Banteng”

 

Kandang Banteng adalah sebutan provinsi-provinsi, dimana PBIP senantiasa mendapat suara mayoritas… seolah mengejek, Pakdhe muncul di kandang-kandang Banteng, kemudian membangikan bansos pada rakyat… PBIP geram bukan kepalang, dan menghujat Pakdhe atas tindakan tercela itu… Para seniman pendukung PBIP kembali menampilkan tarian baru dengan mata yang makin mendelik saja… sebagai jawabannya : Pakdhe menghentikan bagi-bagi bansos, namun dia memastikan agar rakyat tahu, bahwa itu adalah karena desakan PBIP… suara PBIP kembali tergerus…

 

Dan hari penentuanpun tiba… seperti yang diduga, dengan bantuan Pakdhe, Jendral Wowo – Samsul menang dengan sangat mudah…

 

Para intelektual, guru besar, dan politisi, diiringi seniman dengan tarian mata mendeliknya memprotes kemenangan itu dan melakukan gugatan… berbagai argumen berisi kata-kata sulit seperti : Pembegalan Demokrasi, Politik Dinasti, Feodalisme, dikumandangkan pada rakyat yang rata-rata ber IQ 78, yang notabene berjiwa hamba feodal, karena senantiasa membanggakan Raja-Raja jaman dahulu, yang sedang asik menikmati bansos, dengan harapan : mereka berbalik dari mendukung Pakdhe, jadi memusuhinya…. Hasilnya bisa ditebak….

 

Peristiwa Kerudung Suci

 

Waktu berlalu… tensi politik perlahan mereda… setelah dipastikan kondisi kondusif, tiba-tiba Kerabat Pakdhe yang kontroversial, karena meloloskan syarat umur di Mahkamah Semesta diputus menang atas gugatannya, dan dipulihkan kembali kehormatannya.

 

Sebuah peristiwa yang langsung membuat para guru besar, intelektual, dan seniman, kembali menjerit…. Namun, pada saat yang bersamaan, timbul peristiwa yang lebih menghebohkan lagi: Menjelang perayaan hari kemerdekaan yang akan diadakan di Ibukota Negara yang baru, tersiar kabar, bahwa pengibar bendera  wanita dilarang memakai kerudung suci!!!

 

Kerudung suci merupakan salah satu simbol keagamaan yang sangat disakralkan penduduk Dunia Persilatan yang terkenal religius itu… pelarangannya segera membangkitkan kemarahan rakyat ber IQ 78 itu… mereka segera menghujat, mencaci, dan siap berkorban nyawa untuk membela kerudung suci… dalam sekejab, berita Mahkamah Semesta lenyap tergusur… dan seketika itu Pakdhe menegur ketua koordinator persiapan perayaan kemerdekaan atas tindakan sembrononya…. Sang ketua koordinator membatalkan putusannya, dan meminta maaf pada rakyat… rakyatpun puas, merasa mendapat pahala besar karena berhasil membela agamanya…

 

Perayaan hari kemerdekaan

 

Dan perayaan hari kemerdekaanpun berlangsung meriah… paling meriah sepanjang berdirinya Dunia Persilatan ini… acara itu untuk pertama kalinya diadakan di Ibukota Negara yang baru, setelah sebelumnya bendera pusaka di kirab keliling ke berbagai tempat keramat, sebagai simbol permisi untuk memindahkan Ibukota… dalam perhelatan itu, Pakdhe tampil memakai pakaian kebesaran Kekaisaran yang indah…

 

Malamnya….. seorang pembawa berita datang tergopoh-gopoh menghadap Pakdhe, berlutut kemudian menyampaikan pesan :

 

Yang mulia Baginda, ada kabar luar biasa : Gunung Dewa Api mengalami erupsi… mengeluarkan awan panas dan lahar yang menyala terang”

 

Pakdhe melirik ke penasihatnya yang berjenggot putih panjang mirip Thio Sam Hong di sampingnya dan berkata : “Pertanda apa ini?”

 

Sang penasihat tidak langsung menjawab pertanyaan Pakdhe, tapi langsung bertanya pada si pembawa pesan, sambil mengelus janggutnya : “Kearah mana lahar yang menyala terang itu mengalir?”

 

“Barat Daya yang mulia” Jawab si pembawa pesan

 

Sang penasihatpun tertawa sambil mengelus jenggotnya yang panjang : “Hahahaha sudah sah… sudah sah… ibukota sudah pindah…”

 

Kemudian dia menghadap kearah Pakdhe dan menjura : “Selamat Baginda yang Mulia… ramalan ke 4 dari Serat Mahameru sudah terpenuhi…”

 

Seketika, seantro hadirin yang hadir dalam ruangan itu ikut menjura pada Pakdhe, memberi selamat atas lahirnya sang Satrio Yang diPingit

 

Pakdhe merasakan adrenalin mengalir ke seluruh tubuhnya… dalam hati dia berkata :

 

Apakah ini tandanya aku sudah jadi Satrio Yang Dipingit?

Siap memerintah negara dari belakang layar seperti orang yang dipingit?

Apakah aku sanggup?… ya Aku pasti sanggup..

Oh Dunia Persilatan… bersiaplah… waktumu menjadi poros dunia akan segera tiba

Penderitaan ini hanya sementara, demi hasil yang lebih besar”

 

Tetiba… sebuah kilatan cahaya berkelebat di langit… perhatian Pakdhe teralihkan kesana, dan seketika itu juga dia merasa gemetar ketakutan… dia tau itu adalah Pedang Langit… Pedang Langit mengintai dirinya… bersiap menghantam jika dia melakukan kesalahan…

 

Keterangan : Dalam filosofi Tionghoa, Langit adalah lambang dari Tuhan. Pemegang Golok Pembunuh Naga tidak akan ada tandingannya di dunia ini, namun hanya Pedang Langit yang mampu menandinginya… artinya hanya Tuhan yang mampu menandingi pemegang Golok Pembunuh Naga… dan Tuhan dalam hal ini adalah Karma.. perbuatan kitalah yang akan menentukan kita diatas atau dibawah…

 

Tidak!!! Sudah terlambat untuk mundur sekarang!!!”

 

Pakdhe mengeraskan hatinya, bersiap mengusung beban tugas besar mengendalikan koalsisi paling gemuk dalam sejarah dunia persilatan ini, dalam kondisi ekonomi yang sangat rentan karena sari patinya hampir habis dia sedot ke penyimpanan rahasia di luar negri itu menuju poros dunia…. Yang mana dia tahu : banyak dari rekan koalisinya adalah para bajingan yang tidak segan menikam dirinya jika dia menunjukan tanda kelemahan sedikit saja…

-ii-

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles