Oleh Hasanuddin
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 telah selesai dilaksanakan dengan hasil sementara (menunggu hasil perhitungan KPU) dengan perolehan suara terbanyak di raih oleh pasangan Pramono Anung dan Rano Karno yang di usung satu partai Politik yakni PDI Perjuangan. Perolehan suaranya melampaui pasangan Ridwan Kamil dan Suswono yang di dukung dua belas partai politik dan satu pasangan calon Independen.
Dua belas partai politik yang mengusung RK-Suswono menurunkan seluruh kekuatan mereka; sejumlah Menteri turun ke arena kampanye mengajak yg untuk memilih RK-Suswono; tidak ketinggalan Jokowi mantan Presiden pun hadir menjadi Jurkam. Bahkan di beberapa hari sebelum pencoblosan dilaksanakan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, mengeluarkan surah himbauan agar masyarakat Jakarta memilih pasangan RK-SUSWONO itu.
Tidak terkecuali pasangan ini didukung pula oleh “partai Cokelat” demikian istilah yang dikenalkan oleh Hasto Kristiyanto (Sekjend PDI Perjuangan) terhadap gerombolan berpakaian cokelat yang selalu bermain di pilpres maupun pilkada itu.
Tentu saja kekuatan finansial di sertai aneka bansos telah dimaksimalkan untuk memenangkan pasangan ini.
Hasil sementara menunjukkan bahwa kekuatan besar KIM-PLUS itu rontok; dikalahkan oleh masyarakat Jakarta yang memilih untuk memberikan dukungan kepada pasangan pasangan Pramono Anung dan Rano Karno.
Pemandangan itu, tentu saja akan dibaca secara politik baik di dalam negeri, maupun di luar negeri; bahwa elit politik Indonesia tidak cukup punya pengaruh di Ibu kota Negara.
Memang sementara ini kita masih menunggu hasil final dari KPU DKI, untuk memastikan bahwa akan ada dua putaran. Hal itu karena UU Pilkada belum disesuaikan dengan perubahan UU atas Ibu Kota Negara. Sekiranya UU Pilkada telah direvisi mengikuti posisi DKI Jakarta yang tidak lagi sebagai ibu kota negara; maka tentu tidak perlu ada dua putaran; sebagaimana provinsi yang lain.
Apakah jika ada putaran kedua; koalisi besar KIM-PLUS; Partai Cokelat; Jokowi dan Projo-nya akan mengalahkan kehendak mayoritas rakyat Jakarta yang tercermin pada putaran pertama?
Kita tunggu perkembangan selanjutnya.